SOLO -- Meski sempat diguyur hujan deras di sebagian wilayah Kota Solo, Sabtu (18/5/2013), namun Festival Dolanan Bocah 2013 tetap meriah. Berlangsung di Plaza Sriwedari, ratusan anak tampak begitu semangat mengikuti jalannya kegiatan tersebut.
Festival Dolanan Bocah itu dibuka oleh Wakil Walikota (Wawali) Solo, Achmad Purnomo. Unjuk kebolehan anak-anak Sabtu sore itu dibuka dengan tembang Lir Ilir dari Sanggar Seni Semarak Candra Kirana Solo.
Bermacam-macam dolanan [permainan] dan tembang tradisional disuguhkan peserta festival, di antaranya jamuran, gobak sodor, dakon, engklek, ndok-ndokan, cublak-cublak suweng dan jaranan. Para penampil mengenakan kostum tradisional.
Di hadapan ratusan penonton, anak-anak itu memperkenalkan permainan tradisional sekaligus membangkitkan kenangan bagi orang-orang yang sudah pernah memainkan dolanan tersebut. Panggung didesain terbuka dengan segala pernak-pernik pendukungnya.
Di wajah-wajah mereka terlihat keceriaan dan kebahagiaan saat mempersembahkan dolanan dan tembang. Satu sama lain saling berbaur dan bersama-sama bermain dan bernyanyi tanpa memandang perbedaan usia, agama, warna kulit, sekolah dan sebagainya.
Salah satu peserta, Astrid Wahyuningtyas, 10, mengaku sangat senang bisa tampil pada gelaran Festival Dolanan Bocah 2013. Siswa Kelas VI SD Bratan 1 Solo itu ikut bermain dalam beberapa penampilan seperti wayang bocah, delikan, ndog-ndogan dan dakonan.
“Seru banget. Senang rasanya,” ucap Astrid yang bergabung dalam Sanggar Seni Semarak Candra Kirana Solo itu.
Sanggar-sanggar lain yang ikut memeriahkan Festival Dolanan Bocah 2013 yaitu Eka Santi Budaya, Galuh Art, Sarwi Retno Budaya, Penta Budaya, Arlang Budaya, Krida Budaya, Sana Budaya dan Meta Budaya.
Wawali menyambut gembira terselenggaranya Festival Dolanan Bocah 2013. Dia menyatakan permainan tradisional mengandung nilai-nilai kebersamaan, toleransi dan kerja sama.
“Permainan modern itu sangat individual. Sedangkan permainan tradisional itu penuh dengan kebersamaan. Permainan tradisional tidak bisa sendiri perlu saling kerja sama satu sama lain seperti gobak sodor, delik-delikan. Permainan tradisional perlu di-uri-uri sebab mendidik anak-anak untuk bisa kerja sama,” tambahnya.
Wawali menginginkan di tiap kelurahan atau kecamatan memiliki kesenian atau permainan tradisional yang bisa menjadi ciri khas dan keistimewaan. Sehingga, imbuhnya, pada saat festival masing-masing kelurahan atau kecamatan itu bisa mengirimkan.