hits
Langganan

PENTAS TARI TRADISIONAL : Nemlikuran, 11 Tahun Langgengkan Tari Tradisional - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Mahardini Nur Afifah Jibi Solopos  - Espos.id Entertainment  -  Sabtu, 29 Maret 2014 - 04:32 WIB

ESPOS.ID - Siswa jurusan seni tari membawakan tari Srimpi Gondokusumo saat pergelaran Malem Nemlikuran di Joglo SMK Negeri 8 Solo, Rabu (26/3/2014) malam. Pergelaran tersebut diadakan rutin setiap bulan sekali pada tanggal 26 malam. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Esposin, SOLO — Pentas ulang tahun ke-11 Nemlikuran yang digelar di Pendapa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 8 Solo, Rabu (26/3/2014) malam, menjadi penawar kegelisahan para pelestari seni tari tradisional. Dengan bekal kreativitas yang dimiliki segenap penampil, pergelaran bulanan ini mampu menampilkan suguhan klasik dengan cita rasa baru.

Lima fragmen tari tradisional antara lain Srimpi Gandakusuma (Gaya Keraton Kasunanan), Beksan Menak Putri Adaninggar (Gaya Keraton Jogja), Golek Montro (Gaya Mangkunegaran), Jathil (Gaya Ponorogo), dan Laskar Samber Nyama (Gaya Solo) ditampilkan para penari muda dengan gubahan yang toleran pada kepatutan nilai tradisi.

Advertisement

Kreativitas inilah yang kemudian membuat penonton yang memadati pendapa sekolah seni ini tak pelit mengumbar tepuk tangan di setiap jeda pertunjukan. Dengan meminjam vokabuler gerakan tarian tradisional, para penari secara cermat mampu menampilkan karya berbasis tradisi yang tetap kontekstual dengan perkembangan zaman.

Tari Jathil garapan Andika Nur Ubaydillah, 22, menjadi salah satu tarian yang mengundang perhatian. Empat penari Jathil perempuan bergerak dinamis menirukan derap langkah kaki kuda. Kaki kanan dan kiri mereka menjejak lantai berbarengan. Gerakan congklang ini menuntun langkah Andika ke tengah pendapa.

Dengan iringan instrumen terompet Reog yang memainkan lagu Caping Gunung, mahasiswa Semeter VIII Jurusan Tari ISI Solo ini mulai memamerkan gerakan lemah gemulai. Gerakan geyolan yang luwes dimainkan Andika dengan memutar pinggang ini mengundang tepuk tangan dari ratusan penonton yang menyaksikan pertunjukan malam hari itu.

Advertisement

Kejutan bagi penonton tak berhenti di situ. Gerakan geyolan yang sudah menjadi pakem Jathil ini ia baurkan dengan gerakan tarian balet khas barat. Lagi-lagi penonton bertepuk tangan. “Tari asli Ponorogo ini sengaja saya hadirkan sosok penari laki-laki. Jathil yang dikenal masyarakat ditarikan perempuan. Padahal pelaku Jathil itu sebenarnya gemblak laki-laki kesayangan warok. Nilai tradisi lama ini yang ingin saya munculkan di sini,” terang Andika.

Selain Jathil, kehadiran tari Laskar Sambernyawa juga menjadi salah satu penampilan yang patut diapresiasi. Tari tersebut dibawakan sekelompok siswa SMKN 8 Solo yang terdiri dari Timoteus Dewa, Nurdiyatmoko, Ardian Aji, Ahmad Saroji, Damasus Chrusmas, Ferry Dwi Lambang, dan Riza.

Lewat karya yang mereka garap bersama, ketujuh penari ini sukses menjadi jawara Festival Tari Kreasi Nusantara yang digelar di Jakarta, Oktober 2013 lalu. Tari keprajuritan yang menggambarkan gladi bersih prajurit R.M. Said saat akan berangkat ke medan laga ini mengisahkan sepenggal sejarah Kota Solo.

Advertisement

Beragam vokabuler gerakan dari tari Eko Prawiro seperti sabetan kambeng dan tanjak mewarnai tarian garapan berbasis tradisional ini. Di sela-sela aksi, mereka menyelipkan gerakan tangkis ala pencak silat dan tarian gagah gaya Solo.

“Kami tertarik menggarap tari yang berhubungan dengan sejarah. Kami mengembangkan sendiri tarian ini. Harapannya tarian ini bisa mengangkat sejarah Kota Solo,” terang Nurdiyatmoko, 17, mewakili teman-temannya.

Pendiri sekaligus Penasihat Nemlikuran, Wahyu Santoso Prabowo, menilai kreativitas yang ditampilkan para penari di Nemlikuran pantas diapresiasi. Menurutnya, pengembangan gerakan tari berbasis tradisi ini tidak pernah diributkan para empu tari. “Kreativitas penari itu penting. Solo sendiri cukup toleran pada kebaruan seperti ini. Kreativitas ini yang nantinya bisa menjadi bagian dari kelanjutan pelestarian tari tradisional,” pungkasnya.

 

Advertisement
Rahmat Wibisono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif