Ide pementasan Saat Hampa lahir dari refleksi diri Indra, ketika sedang melakoni kontemplasi. “Tarian ini menggambarkan refleksi atas keadaan ketika manusia mencari ruang kosong. Dalam situasi ini kita ingin membebaskan diri dari hal-hal yang tidak kekal atau sementara,” terang Indra, kepada Esposin, Minggu (1/12/2013).
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Menurut Indra, kelompoknya yang diberi nama Indra Zubir’s Contemporary Dance hingga saat ini sudah menghasilkan 25 repertoar tari sejak kali pertama berdiri 1999 lalu. Gaya pementasan yang bakal disajikan dalam karya terbarunya nanti akan menggabungkan sejumlah elemen seni ke dalam satu kemasan pertunjukan. “Karya tari ini nanti bersifat eksploratif eksperimental yang bertolak dari genre tari tradisional Indonesia. Ada penggabungan teknik tari modern dan tarian populer masa kini. Di samping itu juga ada penggabungan unsur-unsur teaterikal dan musikalisasi bunyi ke dalam koreografi,” urainya.
Pertunjukan Saat Hampa “Mix Tradisi Urban” ini didukung penampilan sejumlah penari antara lain Maria Bernadetha, Poppy Parisa, dan Reboo An Nur Guluda. Penata musik digital dipercayakan kepada Taufik A. Adam. Sedangkan penata artistik dan tata cahaya digarap Aidil Usman.
Indra Zubir sebelumnya dikenal melalui pertunjukan kolaborasi bersama sejumlah koreografer ternama di dalam dan luar negeri. Salah satu karya tari garapannya, Paradoks dan Bintang Pagi (2008), merupakan tafsir puisi Bintang Pagi karya Goenawan Mohamad. Selain mempersiapkan Saat Hampa, koreografer yang kini berdomisili di Jakarta ini sedang menyiapkan sebuah karya baru yang berjudul Somnabulis yang akan dipentaskan di Galeri Indonesia Kaya, akhir Desember.