Dibantu seorang penerjemah, Rully Anjar, Ovik berkisah tentang hari-hari yang paling berkesan dalam hidupya itu. Sejak 3 Juli, gadis kelahiran 19 Oktober 1992 ini telah berada di Praha untuk menjalani karantina. Ovik mengaku sempat kelelahan saat menjalani latihan seperti berjalan di catwalk. “Latihannya sangat keras. Saya juga bingung saat mau latihan tari Kalimantan. Enggak ada yang bantu,” ucapnya sambil tersenyum.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Tiba pada malam yang menentukan, 7 Juli, Ovik sukses memamerkan pada dunia keragaman budaya nusantara. Selain menyuguhkan tari asal Kalimantan, perempuan tinggi semampai ini menyajikan pesona busana adat Sumatra Barat. Ovik mengatakan, tak sedikit penonton dan peserta Miss Deaf yang terkagum dengan budaya Indonesia. “Mereka bilang, Indonesia luar biasa, punya kekayaan budaya. Saya juga sempat ngasih pin batik kepada semua peserta,” kata Ovik yang pagi itu mengenakan setelan batik warna coklat.
Jalin Persahabatan Meski di atas pentas harus saling mengalahkan, Ovik punya beberapa teman dekat selama di Praha. Miss Deaf Mongolia, India, Korea Selatan dan Kazakhstan adalah sejumlah sahabat Ovik di daratan Eropa. “Di sana, para Miss Deaf memang dikelompokkan berdasarkan benua. Kami banyak bertukar pengalaman,” tuturnya.
Seusai mengikuti ajang Miss Deaf World, Ovik mengaku tengah disibukkan dengan agenda pemotretan dan fashion show di Jakarta. Lulusan SLB Negeri Solo ini juga didapuk menjadi pemateri bahasa isyarat untuk orang normal. “Yang pasti saya akan terus berjuang untuk kaum tunarungu Indonesia. Saya berterima kasih kepada warga Solo yang mendukung perjuangan Ovik selama ini,” pungkasnya.