Sejumlah seniman seperti Djaduk Ferianto (Jogjakarta), Cak Lontong (Jakarta), Cak Diqin, Rahayu Supanggah, Peni Candra Rini, Jen Shyu, Max Baihaqi, hingga Suprapto Suryodarmo turut hadir menyaksikan konser yang merefleksikan perjalanan Endah Laras selama terjun di jalur seni ini.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Selepas menyuguhkan 10 repertoar lagu garapannya, Endah Laras secara spontan memanggil Djaduk yang sejak awal berdiri menyimak penampilan sahabatnya itu. “Mas Djaduk, sini tampil bareng saya. Tak gendong opo piye?” tanya Endah dengan nada kenes mengajak Djaduk bergabung ke panggung.
Alih-alih antusias menanggapi rayuan sang bintang malam hari itu, Djaduk justru bergeming tanpa ekspresi. Tak berselang lama, musisi senior ini mengeluarkan peluit dari saku celananya. “Prit... Prit... Prit...,” jawabnya dengan tiga tiupan peluit tanda penolakan.
Tepuk tangan dan teriakan dukungan dari penonton akhirnya membuat Djaduk pasrah tak kuasa maju ke panggung utama. Di tengah panggung dua bintang berbadan subur ini enggan tampil hanya berdua. Cak Lontong yang semula hanya berniat menonton turut diseret ke tengah panggung. Tiga seniman yang sedianya tampil kolaboratif menyuguhkan lagu keroncong Ayo Ngguyu ini justru melemparkan candaan di atas panggung.
Djaduk mulai mengungkapkan perkenalannya dengan Endah Laras saat tampil sebagai salah satu pengisi acara di program acara televisi di Jogja. Sementara Cak Lontong bertemu dengan Endah Laras saat sama-sama tampil di Tokyo.
“Saya dari tadi nyimak penampilan Mbak Endah karena khawatir, kursi yang diduduki beliau [kursi stool merah berbentuk kubus dengan panjang 50cm] ini kuat apa enggak. Maklum dulu di Surabaya saya pernah kerja di pabrik mebel,” kata Cak Lontong disambut gelak tawa penonton.
Sang bintang utama malam hari itu hanya tersenyum kalem dan pasrah saat Djaduk menimpalinya dengan candaan lain, “Jadi menurut kamu kursi macam apa yang paling cocok untuk Mbak Endah?”. “Kalau kursi goyang jelas enggak cocok, karene butuh kelembaman tinggi. Kalau kursi diinjak diam bisa diam aja,” goda Cak Lontong.
Ketiganya kemudian tampil membawakan lagu yang dipopulerkan Waldjinah ini. Djaduk menjadi pemetik ukulele, Endah Laras menjadi penyanyi, sementara Cak Lontong hanya bertindak sebagai rapper yang sesekali mengiringi lagu yang dilantunkan Endah Laras dengan kata “aye”.
Kolaborasi ketiga pelawak dadakan ini rupanya belum memuaskan seratusan penonton yang menyaksikan pertunjukan. Tanpa dikomando, penonton kompak meminta encore pada ketiga bintang tamu yang bikin ger-geran malam hari itu.
Ketiganya mengabulkan permintaan penonton. Sebagai kompensasinya, Cak Diqin yang sebelumnya sempat tampil duet dengan Endah Laras membawakan lagu Anting-anting, diminta tampil kembali ke panggung. Kolaborasi keempat seniman yang khatam dengan aksi spontan ini pun kembali meledakkan tawa penonton saat mereka mengganti lirik lagu Tanjung Perak.
Endah Laras mengungkapkan konser tunggal perdananya ini didedikasikan bagi para guru, rekan, dan sahabat yang telah membuat kiprahnya di jalur berkesenian sampai di pada titik sekarang ini. “Tanpa dukungan kalian semua, Endah Laras tidak bisa seperti sekarang ini. Matur nuwun buat para guru, rekan, dan sedherek,” katanya menutup pertunjukan.