Esposin, SOLO - Musisi Gilang Ramadhan rela menghabiskan waktu untuk berkeliling Indonesia demi mempelajari alat tetabuhan tradisional, seperti rebana, tifa, dan gendang.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Drummer itu kerap berkunjung ke berbagai daerah di Nusantara, seperti Bali, Aceh, Banyuwangi, Toraja, Irian, dan Maluku untuk mempelajari alat tetabuhan itu.
“Saya juga belajar alat tetabuhan dari seniman daerah. Saya gabungkan sifat dan warna alat itu ke dalam unsure permainan drum. Saya namakan Irama itu sebagai Rhythm Sawah,” kata Gilang kepada
Personel Krakatau itu berkeinginan mengangkat citra musik Indonesia di dunia Internasional. Dia yakin semakin banyak negara yang mengenal Indonesia dengan Rhythm Sawah. Gilang mengaku dalam waktu dekat ini akan promosi Rhythm Sawah ke negara-negara Eropa.
“Saya akan bawa Rhythm Sawah ke Eropa. Saat ini masih menyusun persiapan untuk menggandeng seniman lain. Tahun ini target bisa terlaksana,” jelas Gilang.
Tidak hanya promosi di luar negeri, Gilang Ramadhan juga memasukkan Rhythm Sawah ke dalam kurikulum pendidikan musik di Gilang Ramadhan Studio Band (GRSB) di seluruh Indonesia. Sedikitnya saat ini ada 20 cabang GRSB yang menyebar di Tanah Air.
“Kenapa Rhythm Sawah? Sawah itu perlambangan bahwa di Indonesia banyak tempat yang ditanami padi. Orang-orangnya juga makan nasi. Ini kumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia. Rhythm Sawah mendunia, Indonesia juga mendunia,” ujar dia.