by Chrisna Chanis Cara Jibi Solopos - Espos.id Entertainment - Jumat, 13 Juli 2012 - 20:54 WIB
Meski kaget dengan cuaca ekstrem Kota Bengawan, mereka tampak antusias mengikuti arahan stage manager asal Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Eko Supendi. Siang itu adalah persiapan terakhir mereka sebelum gladi resik dan naik pentas. “Solo ternyata panas sekali,” ucap mahasiswa asal Fiji, Peni Vodo, kepada Esposin.
Lelaki berperawakan tinggi besar ini mengaku suka dengan Kota Solo. Terlepas dari cuacanya yang panas, ia menyukai kultur wong Solo yang ramah dan murah senyum. Peni pun menyukai gamelan, alat musik yang akan dimainkannya di Indonesia Channel. “Saya akan main balungan. Setelah saya coba, ternyata tidak sulit,” tutur Peni yang juga akan bernyanyi di pembukaan acara.
Sama halnya Peni, Randall Tjokrodimedjo pun mengaku tak menemui kesulitan saat bermain gamelan. Peraih Beasiswa Seni dan Budaya (BSBI) asal Suriname ini enjoy saat berkenalan dengan instrumen khas Jawa tersebut. “Sakdurunge melu program iki, aku ra pernah nyekel gamelan. Ternyata bar diajari guru, ora ana sing angel. Sing penting kemauan,” ucap Randall dengan bahasa Jawa ngoko yang kental.
Selain karawitan, lelaki penyuka bakso ini akan menyuguhkan tari nusantara bersama 64 mahasiswa asing lain. Keahliannya berbahasa Jawa pun menjadikan Randall di-daphuk menjadi MC acara. “Simbah buyutku iku orang Solo. Seneng banget isa balik dan belajar kebudayaan. Iki ya kebudayaanku,” tutur Randall yang mengaku langsung kerasan di Solo meski baru pertama kali menyambangi.
Menurut komposer pentas, Gondrong Gunarto, pembukaan Indonesia Channel Sabtu malam akan menampilkan kolaborasi lima musik daerah. Kolaborasi tersebut, imbuhnya, diambil dari lima wilayah tempat 65 mahasiswa asing menimba ilmu. “Nanti akan ada angklung yang mewakili Bandung, kecapi Makassar, gamelan Solo, gamelan Bali dan musik Madura. Semua akan dimainkan mahasiswa asing,” terangnya.
Gondrong menyebut, konsep musiknya kali ini lebih kepada gotong royong. Ia mengungkapkan, semua mahasiswa telah memiliki bekal masing-masing setelah belajar tiga bulan di Indonesia. “Yang akan saya lakukan adalah bagaimana semua kesenian nanti terangkat dan terwakili.”