by Evi Handayani Jibi Solopos.com - Espos.id Entertainment - Jumat, 21 Agustus 2015 - 02:10 WIB
Film baru kali ini mengulas tentang pandangan psikolog terhadap film animasi Inside Out.
Esposin, SOLO — Bingung akan menonton film apa di akhir pekan ini? Tampaknya, film animasi Inside Out bisa masuk dalam daftar tontonan menarik bagi Anda bersama keluarga tercinta.
Tak hanya untuk penyuka film, kemunculan Inside Out yang diproduksi Disney/Pixar ini disambut baik oleh kalangan ahli psikologi atau psikolog. Carla Sharp, seorang profesor di Departemen Psikologi University of Houston berpendapat Inside Out bisa ditonton pelbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Sharp memuji Inside Out memiliki sisi penggarapan animasi yang rapi dan apabila ditilik dari segi psikologi, film ini cukup bisa direkomendasikan sebagai salah satu media ampuh untuk belajar memahami gejolak emosi manusia.
Sharp memuji Inside Out memiliki sisi penggarapan animasi yang rapi dan apabila ditilik dari segi psikologi, film ini cukup bisa direkomendasikan sebagai salah satu media ampuh untuk belajar memahami gejolak emosi manusia.
Inside Out tentang kehidupan seorang gadis berusia 11 tahun, Riley, yang harus pindah dari Minnesota ke San Fransisco, California. Dikisahkan dalam Inside Out, Riley yang mulai beranjak remaja mengalami pergulatan batin.
Dalam proses pendewasaan Riley, ia mengalami gejolak emosi bermacam-macam. Uniknya, setiap emosi Riley digambarkan dalam wujud berwarna-warni seolah tampak nyata.
“Dari sisi psikopatologi, kita bisa melihat jenis-jenis struktur psikologis manusia yang berantakan,” ucap Sharp, sebagaimana dilansir Chorn, Kamis (20/8/2015).
Sharp memuji Inside Out sebagai film yang bisa menyederhanakan pemahaman orang tentang psikologi, meski pada kenyataannya, emosi manusia lebih beragam. Tidak hanya seputar marah, sedih, senang, takut, dan jijik sebagaimana digambarkan dalam Inside Out.
Sementara itu, Profesor Pimpinan UH's Sleep and Anxiety Center of Houston, Candeca Alfano menyatakan tanggapan positifnya tentang satu scene di Inside Out.
“Salah satu hal yang paling saya suka di film itu adalah apa yang terjadi saat tidur,” ujar Alfano.
Menurut Alfano, Riley seolah berhenti “berpikir” begitu ia tidur. Baginya, hal itu tidak sepenuhnya benar.
“Dalam kehidupan nyata, otak kita berhenti bekerja saat kita tidur, yang berarti bahwa kita tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Tapi sebenarnya otak masih aktif di saat-saat itu, masih memilah-milah semua pengalaman di siang hari, terutama yang bersifat emosional,” jelas Alfano.