by Septina Arifiani Jibi Solopos - Espos.id Entertainment - Selasa, 11 Maret 2014 - 04:23 WIB
Negara-negara di Jazirah Arab yang telah melarang peredaran film itu bahkan menyerukan kepada negara-negara lain agar mengikuti langkah mereka. Alasannya, dalam hukum Islam memang melarang pemimpin agama yang suci seperti nabi digambarkan dalam sebuah film. Sebagai gantinya, tokoh suci tersebut selalu digamabarkan dalam bentuk tulisan huruf secara konseptual.
Fatwa yang mendasari pelarangan peredaran film Noah itu dikeluarkan oleh institusi Al-Azhar yang berpusat di Kota Kairo, Mesir. Al-Azhar melarang film itu karena erat hubungannya dengan Alquran yang memuat kisah Nabi Nuh saat membangun sebuah bahtera besar yang dapat menyelamatkan dirinya, keluarganya, dan hewan-hewan dari musibah banjir besar. Kisah itu juga telah termuat dalam Alkitab yang dihormati oleh orang Kristen dan Yahudi.
“Al-Azhar menyatakan keberatan terhadap setiap tindakan yang menggambarkan utusan dan nabi-nabi Allah dan para sahabat Nabi SAW,” kata salah satu perwakilan Al-Azhar sebagaimana dikutip Daily Mail, Minggu (9/3/2014).
Faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keutusan menolak peredaran film Noah tersebut adalah karena film itu dianggap dapat menimbulkan perasaan yang memicu pertanyaan pada kepercayaan seseorang. Hal semacam itu dilarang dalam Islam dan termasuk dalam pelanggaran hukum Islam.
Menanggapi polemik yang melibatkan film produksinya, Paramount Pictures mengatakan akan menyensor bebarapa bagian film yang bertentangan dengan aturan Islam tersebut. Mereka juga mengatakan film ini tidak akan dirilis di ketiga negara Jazirah Arab tersebut.
“Sensor yang diperuntukkan bagi Qatar, Bahrain dab EUA (Uni Emirat Arab) secara resmi akan dikonfirmasi pekan ini, film ini tidak akan dirilis di negara mereka,” kata juru bicara Paramount Pictures.
Film Hollywood yang dibintangi oleh Anthony Hopkins dan Emma Watson itu rencananya akan diliris di Amerika Serikat, 28 Maret 2014 mendatang. Dalam trailer-nya, film ini menggambarkan Nuh yang tengah memegang kapak lengkap dengan efek geysers atau air mancur, semua pasukan yang sebelumnya tak mau mengikuti ajarannya berharap untuk naik ke bahteranya. Cerita itu pula yang mendorong beberapa ulama mengeluarkan fatwa pelarangan pemutaran film tersebut.