(Esposin) - Kawasan Malioboro Jogja bakal disemarakkan oleh hiasan 100 penjor janur guna menyambut pernikahan agung putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Bendara dan Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara, Selasa (18/10/2011) esok.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Ratusan penjor tersebut digarap sebanyak 80 orang tenaga kerja. Pengerjaan janur sudah dilakukan sejak Minggu (16/10/2011) di Bangsal Wiyoto Projo, Kepatihan. Agar tak layu saat hari H, pemasangannya baru akan dilakukan Senin (17/10/2011) malam. Janur dipasang di kiri-kanan jalan mulai dari Titik Nol hingga Kepatihan. Itu menurutnya belum termasuk janur yang dipasang di daerah Alun-alun.
Terpisah, Ketua Perhimpunan Mayasari (pecinta bunga), Suliantoro Sulaiman yang juga mengoordinir pembuatan janur mengungkapkan, konsep janur yang dipakai pada pernikahan GKR Bendara sudah bertaraf internasional. Konsep serupa menurutnya kerap dilombakan pada even merangkai bunga di berbagai negara seperti di Paris dan New York dan berhasil memperoleh sejumlah penghargaan. Konsepnya pun menurutnya memadukan berbagai budaya di Indonesia. Seperti perpaduan Jawa dan Bali. Konsep unversal dari berbagai multi daerah tersebut menurutnya merupakan warisan sejak zaman HB IX.
“Sejak zaman HB IX beliau yang menyarankan agar membuat kreasi yang lebih indah, konsep ini sudah universal. Di beberapa daerah ada yang terlalu lokal misalnya di Bali, tapi sekarang lebih indah bila dipadukan, bahkan Bali sendiri meniru konsep dari sini. Jadi perpaduan antara oksidental dan oriental,” terangnya. Karenanya kata dia, penjor janur berkreasi tinggi ini sekaligus dipromosikan kepada masyarakat internasional pada peristiwa pernikahan agung ini.
Salah satu pekerja mengatakan, butuh kehati-hatian dalam pengerjaan janur pernikahan putri HB X ini. Bahkan harus menggunakan pisau khusus agar daun janur tak mudah layu dan rusak. “Pisaunya harus khusus, tajam tapi bukan cutter. Cutter itu panas, daunnya bakal mudah rusak makanya harus pakai pisau khusus,” ungkap salah satu pekerja.
JIBI/Harian Jogja/bes